Tuesday, August 24, 2010

Bemo


Selain kendaraan pribadi dan cidomo, ada satu lagi kendaraan umum yang banyak ditemui di Mataram, yaitu Bemo. Bemo ini berbentuk seperti mobil, biasanya berwarna kuning (walaupun ada beberapa yang tidak berwana kuning). Bemo sedikit berbeda dari kendaraan lain. Jika cidomo, penumpang akan memberitahukan tujuan mereka pada kusir, kemudian kusir akan mengentarkan penumpang sampai tujuan. Sedangkan bemo, penumpanglah yang harus menyesuaikan tujuan mereka dengan bemo yang akan dinaiki. Karena bemo memiliki dua jalur, yaitu bemo Ampenan dan Cakra.

Cidomo

Cidomo adalah alat transportasi  tenaga kuda  khas pulau Lombok, secara fisik kendaraan ini mirip dengan delman  atau andong  yang terdapat di pulau Jawa Perbedaan utamanya dengan delman atau andong adalah alih-alih menggunakan roda kayu, cidomo menggunakan roda mobil bekas sebagai rodanya. Sampai saat ini alat transportasi ini masih menjadi sarana utama transportasi terutama pada daerah-daerah yang tidak dijangkau oleh angkutan publik dan daerah-daerah sentra ekonomi rakyat seperti pasar.

Cidomo merupakan singkatan dari cikar, dokar, dan mobil (Montor dalam bahasa Sasak). Asal-muasal cidomo sendiri kurang tau persis sejak kapan ada di pulau lombok, Kendaraan ini bermula dari alat transportasi tradisonal yang bernama Cikar atau biasa diketahui sebagai kendaraan tradisonal yang ditarik oleh kudakan tapi di khusus kan untuk mengangkut barang bukan penumpang.

Dokar sendiri merupakan alat transportasi tradisonal yang ditarik oleh kuda tetapi di khususkan digunakan untuk mengangkut penumpang. Dokar banyak juga ditemukan dibeberapa daerah di indonesi nama lain dari dokar di beberapa daerah adalah Delman.

Tapi yang membuat Cidomo ini begitu unik adalah karna penggunaaan Ban Mobil sebagai Roda, seperti yang kita ketahui delman atau dokar menggunakan roda dari bahan kayu. Pada zaman dulu juga dokar yang ada di pulau lombok menggunakan roda dari kayu yang didisain khusus sesuai dengan kondisi dokar tersebut.

Mataram Craft Centre


Ketenaran Sekarbela sebagai kampung mutiara tidak diimbangi dengan adanya penyediaan sarana dan prasarana pendukung, minimal seperti fasilitas lokasi parkir untuk mobil dan bus-bus berukuran besar contohnya. Padahal kebanyakan pengunjung yang bertandang ke Sekarbela adalah rombongan wisatawan dari luar kota/daerah yang mayoritas menggunakan mobil maupun bus sebagai sarana transportasinya. Ketiadaan  sarana parkir itu diperparah dengan kehadiran cidomo (cikar, dokar, dan mobil alias kereta kuda khas Lombok, red) yang sengaja mangkal dan memenuhi hampir seluruh bahu jalan di jalan utama yang relatif tidak terlalu lebar itu.
Meski demikian, sebenarnya ada juga bentuk kepedulian dari pihak pemkot setempat guna menampung sekaligus meningkatkan kapasitas transaksi dan kunjungan wisatawan ke Sekarbela. Yakni dengan dibangunnya Mataram Craft Centre (MCC) di dekat lokasi utama kampung mutiara itu. Pembangunan gedung bekas areal Pasar Pagesangan yang berlantai dua itu dimaksudkan sebagai pusat pasar seni di Mataram. Namun sayangnya sejak dibuka pada tahun 2004 operasionalisasi MCC terlihat belum efektif.
Dari dua lantai bangunan toko yang lumayan megah dengan simbol di gerbang berupa patung besar seorang perempuan Sasak tengah menyunggi mutiara yang baru dipanen itu hanya 25 persen terisi. Itu pun semuanya berada di lantai bawah.

Pelalah Manuk

Pelalah manuk (ayam pelalah) adalah makanan tradisional lombok, yang dibuat dari ayam bakar atau goreng yang dibumbui dengan cabe besar dan cabe kecil kemudian digoreng dengan santan kelapa. Sekilas pelalah manuk ini mirip dengan ayam balado , tetapi rasanya lebih pedas, seperti selera masyarakat lombok.

Pantai Ampenan

Kawasan Pantai Ampenan tidak asing lagi didengar oleh masyarakat Kota Mataram. Kawasan yang satu ini hampir setiap hari ada pengungnya, tidak mengenal hari libur. Masyarakat khususnya Kota Mataram mengenal kawasan tersebut dengan sebutan Pantai Ampenan. Karena lokasinya dikawasan Ampenan, Kota Mataram, kawasan pesisir yang satu ini cukup menyimpan panorama pantai yang indah. Untuk masuk kawasan Pantai Ampenan ini kita akan melewati beberapa bangunan tua dikawasan Pasar Ampenan.

Sate Bulayak

Sate Bulayak adalah makanan tradisional khas Nusa Tenggara Barat yang terbuat dari daging sapi yang dilumuri dengan bumbu khas Lombok dan disajikan dengan lontong. Bumbu tersebut terdiri dari kacang tanah sangrai tumbuk yang direbus bersama santan serta beberapa bumbu dapur lainnya. Rasa dari bumbu tersebut mirip seperti bumbu kari.
Kini, sate bulayak banyak ditemui di narmada, taman udayana, dan pantai senggigi.

Pelecing Kangkung

Pelecing kangung adalah makanan khas dari pulau lombok.Bagi masyarakat Lombok, sajian pelecing ini merupakan menu makanan turun-temurun sejak zaman nenek moyang. Tidaklah mengherankan bila di pinggir-pinggir jalan pelecing banyak dijual oleh ibu-ibu untuk dijadikan lauk pauk menjelang santap siang maupun malam. Demikian juga di kedai-kedai kecil, warung makan sampai ke restoran hingga hotel-hotel berbintang di Lombok sudah pasti bisa didapatkan sajian menu pelecing.
Pelcecing adalah makanan sederhana tapi mempunya cita rasa yang khas, tidak susah membuatnya, bahan utamanya yaitu kangkung dan tauge, sambal terasi dan serbuk (kelapa) sebagai pelengkap.

Beberuk Terong

Beberuk terong merupakan masakan tradisonal Lombok. Terdiri dari terong yang di potong kecil-kecil dan diberi bumbu cabe rawit,bawang merah serta air perasan jeruk limau, membuat kuliner ini memiliki rasa manis, pedas dan segar. Tak sulit untuk menemukan kuliner ini karena hampir di setiap warung di sekitaran lombok menyajikan kuliner ini.

Monday, August 23, 2010

Sejarah Taman Mayura

sejarahSejarah keberadaan Taman Mayura berhubungan erat dengan sejarah keberadaan orang-orang Bali di Lombok. Taman ini sudah ada sejak Kerajaan Singasari atau Karangasem Sasak di Lombok pada awal abad ke-19. Ketika itu di Lombok masih terdapat kerajaan-kerajaan kecil, seperti Mataram, Pagesangan, Sengkano dan sebagainya.

Dalam perkembangan selanjutnya, dari kerajaan-kerajaan kecil itu sampai dengan tahun 1823 hanya tinggal dua kerajaan, yaitu Singasari dan Mataram. Kedua kerajaan ini pun berperang pula. Singasari kalah, raja dan keluarganya melakukan puputan di Sweta. Hanya dua orang anaknya yang masih kecil-kecil, laki-laki dan perempuan, yang sempat diamakankan dan dibawa ke Karangasem (Bali). Kendati mataram berada di pihak yang menang, namun rajanya tewas dalam peperangan itu. Sebagai pewaris tahta kerajaan Mataram adalah Anak Agung Gde Ngurah Karangasem (Putra Mahkota) dan adiknya bernama Anak Agung Ketut Ngurah Karangasem.

Pada pertengahan abad ke-19, Putra Mahkota Kerajaan Mataram membangun Puri di atas bekas Kerajaan Singasari yang hancur. Pembangunannya selesai pada tahun 1866. Puri itu diberi nama Singasari atau Karangasem, kemudian diganti menjadi Cakranegara. Tahun 1894 ketika terjadi perang melawan Belanda yang berakhir dengan kekalahan Mataram, Puri kerajaan hancur. Perisitiwa penting yang terjadi pada waktu itu ialag ditemukannya Keropak (naskah lontar) yang kemudian terkenal dengan nama Negarakertagama. Pada waktu itu, keropak tersebut kemudian diketahui sebagai satu-satunya naskah yang berisi gambaran yang paling lengkap tentang kerajaan Majapahit.


Berdasarkan pada kenyataan tersebut, maka Taman Mayura dan juga Pura Meru dapat dipandang sebagai satu-satunya bukti kehadiran kerajaan Singasari atau Karangasem di Lombok, atau kerajaan Mataram yang kemudian mengganti nama menjadi Cakranegara. Tentang nama Taman mayura, muncul pada masa pemerintahan Anak Agung Gde Ngurah Karangasem. Pada mulanya Taman ini dikenal dengan nama Taman Kelepug. Nama ini diambil dari bunyi Kelepug-Kelepug suara yang keluar akibat derasnya mata air yang ada di kolam (telaga) taman itu.

Taman Mayura

Mayura yang berarti Burung Merak dalam bahasa Sansekerta, adalah nama sebuah taman berlokasi di Cakranegara, dibangun oleh A.A. Made Karangasem pada tahun 1744 dengan nama Taman Kelepug yang diambil dari suara kelepug-kelepug air akibat deras- nya mata air yang ada di telaga dalam taman tersebut. Pada tahun 1866 taman ini direnovasi oleh Raja Mataram A.A. Ngurah Karangasem dan diganti nama menjadi taman Mayura. Konon di taman ini banyak terdapat burung merak yang memangsa ular yang banyak terdapat di taman tersebut.Ditengah-tengah taman terdapat sebuah bangunan terapung yaitu Bale Kambang yang dipakai untuk mengadili suatu perkara pada jaman penjajahan Belanda.

Di Taman Mayura terdapat kolam yang mengelilingi Bale Kencana Taman Mayura dengan latar belakang Pura Meru dan oleh pengelola Taman tersebut ditabur benih ikan untuk pemancingan. Pada hari libur biasanya banyak pengunjung terutama masyarakat sekitarnya yang melakukan kegiatan dengan memancing.

Sebelum peristiwa peledakan bom di Bali, Taman Mayura dulu banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Sekarang tinggal beberapa wisatawan asing yang berkunjung di sana, selebihnya wisatawan domestik dari dalam Lombok atau dari luar Lombok.

Pura Meru

Pura Meru, terletak di tengah Kota Cakranegara dibangun pada tahun 1720 di bawah pangawasan Anak Agung Gde Karang Asem salah satu Raja Karang Asem yang dapat menguasai sebagian Wilayah Pulau Lombok, berkuasa pada tahun 1740 -1894. Pura ini merupakan Pura besar di Pulau Lombok dan salah satu Pura yang sangat menarik dan Indah, Pura Meru dibangun dengan maksud untuk tempat bersembahyang umat Hindu di Lombok, Pura Meru terdiri tiga halaman yang luas mebentang dari arah barat ke timur, halaman paling barat terdapat Rumah "Kulkul" atau Kentongan, halaman tengah terdapat dua buah bangunan besar yang beundak-undak (tangga); bangunan ini digunakan untuk tempat menyusun sesaji untuk Upacara dan Sembahyangan sedangkan halaman paling timur terdapat bangunan tiga buah menara menjulang tinggi yang terdiri dari susunan atap yang khas dan unik, sebelas susun atap pada menara tengah, dan sembilan susun pada menara kiri dan kanan, merupakan simbol dari Dewa Shiwa, Dewa Wisnu dan Dewa Brahma.
Untuk menuju lokasi Pura Meru sangat mudah, karena terletak ditengah-tengah kota dan banyak kendaraan umum yang melaluinya. Selain Taxi, kendaraan umum yang dapat dipergunakan adalah angkot (bemo) angkutan rakyat yang banyak beroperasi di jalan, dengan tarif relatif murah dan kendaraan tradisional cidomo, atau kereta kuda. Jarak tempuh dari Pelabuhan Lembar ± 20 km, sedangkan dari Pelabuhan Udara Selaparang ± 5 km.

Museum Nusa Tenggara Barat

Museum yang mengambil bentuk bangunan khas Sasak ini berlokasi di jalan Panji Tilar Ampenan. Museum ini banyak mengkoleksi artefak-artefak bersejarah termasuk 1239 manuscript (tulisan kuno) yang memuat sejarah kuno dari peradaban daerah ini yang ditulis dengan menggunakan bahasa asli/kuno dan di tulis di dalam dawn lontar, kulit kayo dan bilah bambu.

Administrasi

Letak Geografis dan Batas Wilayah
Secara geografis Kota Mataram terletak pada posisi 116’04’116’10’ Bujur Timur dan,08’33-08’38’ lintang Selatan dengan batas-batas wilayah:
Utara : Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat
Selatan : Kecamatan Labu Api, Kabupaten Lombok Barat
Barat : Selat Lombok
Timur : Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat

Kecamatan

  • Cakranegara
  • Mataram
  • Selaparang
  • Pejanggik
  • Ampenan
  • Sekarbela

Penduduk

Suku bangsa
Suku Sasak merupakan suku asli sekaligus suku bangsa mayoritas penghuni Kota Mataram. Mataram juga menjadi tempat tinggal berbagai suku bangsa di Indonesia, termasuk Suku Bali, Tionghoa, dan Arab. Kehidupan antarsuku di Mataram bisa dibilang cukup akur dalam suasana kekeluargaan. Hal ini merupakan dampak dari pecahnya Kerusuhan Lombok 17 Januari 2000 yang menyeret isu agama dan ras sebagai penyebab kerusuhan. Namun pasca kejadian yang banyak menelan kerugian ini, warga Mataram makin sadar akan arti pentingnya kehidupan saling menghargai.

Agama
Islam adalah agama mayoritas penduduk Mataram. Agama lain yang dianut adalah Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Walaupun Islam merupakan mayoritas di Mataram kerukunan umat beragama saling menghormati, menghargai dan saling menolong untuk sesamanya cukuplah besar niat masyarakat Mataram dalam menjalankan amal Ibadahnya. Hal ini sesuai dengan visi kota Mataram untuk Mewujudkan Kota Mataram Yang Ibadah, Maju dan Religius.

Bahasa
Masyarakat Mataram sebagian besar menguasai bahasa Sasak sebagai bahasa asli Pulau Lombok, namun dalam pergaulan sehari-hari di tempat resmi, bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling banyak digunakan. Bila di rumah atau tempat rekreasi, warga Mataram cenderung memakai bahasa Sasak, seperti misalnya: medaran yang artinya makan.

Pantai Senggigi

Pantai Senggigi adalah tempat pariwisata yang terkenal di Lombok. Letaknya di sebelah barat pesisir Pulau Lombok. Pantai Senggigi memang tidak sebesar Pantai Kuta di Bali, tetapi seketika kita berada di sini akan merasa seperti berada di Pantai Kuta, Bali. Pesisir pantainya masih asri, walaupun masih ada sampah dedaunan yang masih berserakan karena jarang dibersihkan. Pemandangan bawah lautnya sangat indah, dan wisatawan bisa melakukan snorkling  sepuasnya karena ombaknya tidak terlalu besar. Terumbu karangnya menjulang ketengah menyebabkan ombak besarnya pecah di tengah. Tersedia juga hotel-hotel dengan harga yang bervariasi, dari yang mahal sampai hotel yang berharga ekonomis.

Sunday, August 22, 2010

Sejarah Kota Mataram

Pada masa pulau Lombok diperintah oleh para raja-raja, Raja Mataram di tahun 1842  menaklukkan Kerajaan Pagesangan. Setahun kemudian tahun 1843 menaklukkan kerajaan Kahuripan. Kemudian ibukota Kerajaan dipidahkan ke Cakranegara dengan ukir Kawi nama Istana Raja.

Raja Mataram (Lombok) selain terkenal kaya raya juga adalah raja yang ahli tata ruang kota, melaksanakan sensus penduduk kerajaan dengan meminta semua penduduknya mengumpulkan jarum. Penduduk laki-laki dan perempuan akan diketahui lewat ikatan warna tali pada jarum-jarum yang diserahkan.

Setelah raja Mataram jatuh oleh pemerintah Hindia Belanda dengan yang menewaskan Jend. P.P.H. van Ham, yang monumennya ada di Karang Jangkong, Cakranegara mulai menerapkan sistem pemerintahan dwitunggal berada di bawah Afdeling Bali Lombok yang berpusat di Singaraja, Bali.

Pulau Lombok dalam pemerintahan dwitunggal terbagi menjadi 3 (tiga) onderafdeling, dari pihak Kolonial sebagai wakil disebut kontrolir dan dari wilayah disebut Kepala pemerintahan setempat (Kps) sampai ke tingkat Kedistrikan. Adapun ketiga wilayah administratif masih disebut West Lombok (Lombok Barat), Middle Lombok (Lombok Tengah), dan East Lombok (Lombok Timur) dipimpin oleh seorang kontrolir dan Kepala Pemerintahan Setempat (KPS).

Untuk wilayah West Lombok (Lombok Barat) membawahi 7 (tujuh) wilayah administratif yang meliputi :

   1. Kedistrikan Ampenan Barat di Dasan Agung
   2. Kedistrikan Ampenan Tmur di Narmada
   3. Kedistrikan Bayan di Bayan Belek
   4. Asisten Distrik Gondang di Gondang
   5. Kedistrikan Tanjung di Tanjung
   6. Kedistrikan Gerung di Gerung
   7. Kepunggawaan Cakranegara di Mayura

Untuk Kepunggawaan Cakranegara dipimpin oleh punggawa, tidak memimpin wilayah yang dipimpin adalah umat Hindu se-Pulau Lombok seperti Kepunggawaan Cakranegara semua pemeluk agama Hindu, ada juga Kepala Suku Bugis, Suku Arab dan Suku Tionghoa. Di bidang peradilan, Kepala Distrik diberikan wewenang penuh untuk bertindak sebagai kehakiman dan kejaksaan dalam memutuskan dan memenjarakan orang selama tujuh hari tanpa boleh banding, kelembangaan hukumnya disebut “Raat Sasak” dan “Raat Kertha” untuk Hindu. Di bidang Pendidikan, pada masa pemerintahan  Hindia Belanda menerapkan system pendidikan bertingkat yang diantaranya :


1.Voolkes School, hanya ada 1 unit di tiap desa (pemusungan), murid yang dididik kelas I-III
2.Vervoleg School, hanya ada di tiap kedistrikan, 1 unit murid yang dididik kelas III-V
3.Holand Inland School (HIS), sekolah yang pengantaranya Bahasa Belanda, muridnya anak-anak orang belanda, distrik, orang berpengaruh dan pengusaha, murid yang dididik kelas V-VII
4.MILO setingkat SMP hanya ada di Pulau Jawa
5.A.M.S setingkat SLTA
6.Holden Bestuur School (HBS) sekolah khusus bidang ilmu pemerintahan di Makasar.

Saturday, August 21, 2010

Kota Mataram


Kota Mataram adalah ibu kota  Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Kota Mataram terdiri dari 6 (Enam) Kecamatan yaitu Kecamatan Ampenan, Cakranegara, Mataram, Pejanggik, Selaparang, Sekarbela, dengan 50 kelurahan dan 297 Lingkungan. Kota Mataram terletak pada 08° 33’ - 08° 38’ Lintang selatan dan 116° 04’ - 116° 10’ Bujur Timur. Selain ibukota propinsi, Mataram juga telah menjadi pusat pemerintahan, pendidikan, perdagangan, industri dan jasa, serta saat ini sedang dikembangkan untuk menjadi kota pariwisata.


Keberadaan berbagai fasilitas penunjang seperti fasilitas perhubungan seperti Bandara Internasional Selaparang sebagai pintu masuk Lombok melalui udara, pusat perbelanjaan, dan jalur transportasi yang menghubungkan antar kabupaten dan propinsi inilah yang menjadi pertimbangan dalam pengembangan Kota Mataram menjadi kota pariwisata.



Mataram sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Lombok Barat sebelum terjadi pemekaran wilayah. Kini, ibukota Kabupaten Lombok Barat dipindah ke Giri Menang Gerung.